Moderasi Beragama dalam Diskursus Negara Islam: Pemikiran KH Abdurrahman Wahid
Main Article Content
Abstract
Abstrak
Moderasi beragama tidak hanya perlu dikembangkan dalam pola keberagamaan, tetapi dalam cara berpikir tentang negara. Sebab keterkaitan antara negara dan paham keagamaan, sering memunculkan sikap ekstrim dalam beragama. Untuk itu dibutuhkan pemikiran kenegaraan Islam yang moderat, yang melampaui formalisasi agama melalui negara pada satu sisi, dan pemisahan agama dan negara pada sisi lain. Dalam kaitan ini, pemikiran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang persoalan ini menjadi penting untuk dipahami. Gus Dur telah mewariskan pemikiran kenegaraan Islam yang moderat yang sesuai dengan prinsip kehidupan politik demokratis dan berkeadilan sosial.
Abstract
Religious moderation needs to be developed not only in a pattern of religion, but in ways of thinking about the state because the relationship between the state and religious understanding often leads to extreme attitude in religion. Therefore, it requires moderate Islamic thinking, which transcend religious formalization through the state on one side, and the separation of religion and state on the other. On this regard, KH Abdurrahman Wahid's (Gus Dur) thought about this becomes important to understand. Gus Dur has bequeathed thought of moderate Islamic state that conforms to the principles of democratic political life and social justice.
Downloads
Article Details
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
References
Abdurrahman Wahid, Development by Developing Ourselves, makalah seminar The Dtudy Days on ‘ASEAN Development Processes and Their Effects on People’, di Penang, Malaysia, 22-25 November 1979
……………………………….., Islam in A Democratic State: A Lifelong Search, pengantar untuk buku Asrori S. Karni (ed.), A Celebration of Democracy, Jakarta: The Wahid Institute & Gatra, 2006
………………………………, Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam, Pelita, 26 Januari 1988
……………………………..., Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan, Depok: Desantara, 2001
………………………………., Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LKiS, 2000
………………………………, Paradigma Pengembangan Masyarakat melalui Pesantren, jurnal Pesantren, No. 3/Vol. V/1988
………………………………, Menggerakkan Tradisi, Esai-esai Pesantren, Yogyakarta: LKiS, 2001
………………………………, Islam in Indonesia: Challenge and Future Prospects, sumber tak terlacak, 14 Maret 1985
………………………………, Asal-Usul Tradisi Keilmuan Pesantren, dalam Jurnal Pesantren, edisi Oktober-Desember, 1984
………………………………., Islam and Pancasila: Development of A Religious Political Doctrine in Indonesia, makalah Dialogue Group #9: Religious Beliefs: The Transmission and Development Doctrine, di Seoul, 25 Agustus 1990
……………………………….., Muslim Di tengah Pergumulan, Jakarta: Leppenas, 1981
……………………………….., Fiqh dan Etika Sosial Kita, Kompas, 1987
……………………………….., Universalisme dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam, Arifin Junaidi, Nardi (ed.), Edisi terbatas, 1991
………………………………., Islam dan Masyarakat Bangsa, Jurnal Pesantren, No. 3/Volume VI/1989
……………………………….., Pandangan Islam tentang Marxisme-Leninisme, Majalah Aula, September 1988
…………………………………, Tuhan Tidak Perlu Dibela, Yogyakarta: LKiS, 1999
…………………………….., Beberapa Aspek Teoritis dari Pemikiran Politik dan Negara Islam, Majalah Aula, Desember 1986
…………………………………, Masih Relevankah Teori Kenegaraan Islam? Makalah Diskusi Konsep Negara Islam, FH-UII, Yogyakarta, 7 Februari 1988
…………………………………., Islam, Negara dan Pancasila, Majalah Aula, Februari 1985
………………………………….., Pancasila dan Kondisi Objektif Beragama, Kompas, Edisi Tak Terlacak
………………………………….., Mengurai Hubungan Agama dan Negara, Kacung Madijan, Ma’mun Murod (ed.,) Jakarta: Grasindo, 1999
…………………………………., Demokrasi, sebuah Pertanggungjawaban, makalah Ketua Pokja Forum Demokrasi, 1992
…………………………………., Sekali Lagi tentang Forum Demokrasi, Majalah Editor, 25 Mei 1991
…………………………………., Demokrasi, Agama dan Perilaku Politik Bangsa, Makalah Seminar IMM Komisariat FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, 27 Oktober 1993
…………………………………, Agama dan Demokrasi, Seri Dian II, Spiritualitas Baru: Agama dan Aspirasi Rakyat, Yogyakarta: Institute Dian/Interfidei, 1994
……………………………..., Principle of Pesantren Education, makalah the Pesantren Education Seminar, Berlin, oleh TU Berlin dan FNS, Juli 9-12 1987
…………………………………., Teater dan Politik di Indonesia, Presentasi di Ultah Teater Populer, Jakarta, 1992
…………………………….., Wayang dan Koreksi Kekuasaan, Demos, Th. I. Oktober 1994
…………………………………, NU dan Islam di Indonesia Dewasa Ini, Jurnal Prisma 4, April 1984
…………………………………, Agama, Negara dan Sikap Moderat NU, Pengantar buku, Einar M. Sitompul, NU dan Pancasila, Jakarta: Sinar Harapan, 1989
………………………………., Peranan Organisasi Kemasyarakatan dalam Pembangunan Politik: Sebuah Telaah Awal, makalah pada Praseminar Sistem Politik dan Demokrasi Pancasila, IKAL-LEMHANAS, Jakarta, 24 Agustus 1988
…………………………………, Kata Pengantar di Greg Barton, Greg Fealy (ed), Nahdlatul Ulama, Traditional Islam and Modernity in Indonesia, Australia: Monash Asia Institute, 1996
……………………………….., Imam Khalil Al-Farahidy dan Humanisme dalam Islam, sumber tak terlacak, Jakarta, 10 Agustus 1987
…………………………………, Islam, the State, and Development in Indonesia, makalah dialog nasional bersama Dr. Mochtar Buchori di LIPI pada 1980-1981