Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Dan Keislaman di Kalangan Pelajar

Main Article Content

ahmad suhendra
Moh Mahrusillah

Abstract

Gerakan radikal agama di Indonesia telah menyusup ke kalangan pelajar. Penyusupan paham itu melalui organisasi-organisasi siswa intra-sekolah dan organisasi kerohanian. Maka tidak heran, saat ini banyak kasus terorisme yang melibatkan anak sekolah SMA. Kota Tangerang sebagai salah satu daerah penyangga Ibu Kota memiliki posisi strategis, secara ekonomi, social maupun politik. Berdasarkan hasil penelitian LP3M STISNU terdapat 115 dari 155 responden yang diteliti sudah masuk terindikasi radikal. Artinya, ada 115 sekolah yang siswanya berorientasi pada radikalisme. Bentuk pengabdian kepada masyarakat terintegrasi ini diberi nama Ngaji Pancasila. Ada lima lembaga pendidikan yang menjadi lokasi pengabdian kepada masyarakat. Sebab itu dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat terintegrasi 2018 ini ditujukan pada pelajar. Metode pengabdian yang dilakukan adalah dengan wawancara, observasi dan ceramah. Adapun bentuk kegiatan dinamakan Ngaji Pancasila. Ngaji Pancasila ini Tim Pengabdian melakukan roadshow ke beberapa sekolah di Tangerang Raya. Di dalamnya, Tim Pengabdian memberikan rekonstruksi pemahaman tentang Pancasila, Keislaman dan Kebangsaan. Ada delapan sekolah yang dijadikan dampingan Ngaji Pancasila, yakni 1) SMK An-Nisiniyyah; 2) SMA Babussalam; 3) MA Al-Hikmah; 4) SMAN 20; 5) SMAN 21; 6) SMK Al-Gina; 7) MA Darussa’adah; dan 8) SMA IT Al-Husaini. Berdasarkan pengamatan di lapangan maka diperlukan adanya penguatan materi tentang Pancasila dan Keislaman


Kata Kunci: Radikalisme, Ngaji Pancasila, Pancasila, Islam, Pelajar


 


Abstract:


The radical religious movement in Indonesia has infiltrated among the younger generation, especially students. Infiltration understand that student organizations through intra-organization and spiritual schools. It is no wonder, many current cases of terrorism involving school children high school. Tangerang city as one of the city's capital buffer has a strategic position, in the economic, social or political. Based on the results of the research there were 115 from STISNU LP3M 155 respondents researched already entered they radical. That is, there are 115 schools that their students are oriented on radicalism. The form of the integrated community named Budheg Pancasila. There are five institutions which became the location of the community. Therefore in the implementation of the community's integrated 2018 is aimed at students. The method of devotion that is done with the interview, observation and speaking engagements. As for the form of the activity is called Budheg Pancasila. Budheg Pancasila this Team Devotion do roadshow to some school in Tangerang. In it, the team's understanding of the reconstruction gave the Devotion of Pancasila, the national and Islamic. There are eight schools made dampingan Budheg Pancasila, i.e. 1) CMS's-Nisiniyyah; 2 Babussalam HIGH SCHOOL); 3) MA Al-Hikmah; 4) SMAN 20; 5) SMAN 21; 6 CMS) Al-Gina; 7) MA Darussa'adah; and 8) SMA IT Al-Husaini. Based on observations in the field required the presence of the reinforcement material about Pancasila and Islam


Keyword: Radicalism, Ngaji Pancasila, Pancasila, Islam, Student

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
suhendra, ahmad, and Moh Mahrusillah. “Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Dan Keislaman Di Kalangan Pelajar”. Jurnal Bimas Islam 12, no. 2 (December 27, 2019): 297–322. Accessed March 28, 2024. https://jurnalbimasislam.kemenag.go.id/jbi/article/view/96.
Section
Articles

References

Az-Za’balawi, M. Sayyid Muhammad. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam & Ilmu Jiwa. Gema Insani.
Banks, Sarah. 2012. Community Based Participatory Research A Guide to Ethical Principles and Practice. UK: Durham University.
Musa, Ali Masykur. 2014. Membumikan Islam Nusantara: Respons Islam Terhadap Isu - Isu Aktual. Serambi Ilmu Semesta.
Nurhidayah. 2014. ”Dekonstruks Fanatisme Keagamaan Berbasis Sekolah:: Alternatif Pendekatan Deradikalisasi Gerakan Keagamaan di Tingkat Usia Pelajar Muslim” dalam An-Nidzam, Volume 1, Nomor 2, Mei-Agustus.
Qustulani, Muhammad, and Muhammad Sartibi, ed. 2016. Peran Nilai-Nilai Luhur Kebangsaan Dalam Menangkal Paham Radikalisme. Tangerang: PSP Nusantara Press.
Rokhmad, Abu. 2012. “Radikalisme Islam Dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal.” Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 1 May 30. Accessed September 16, 2018. http://www.journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/185.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2012. Terorisme di Indonesia: Dalam Tinjauan Psikologi. Ciputat: Pustaka Alvabet.
Sudjito, Zeth Sahuburua, dkk. 2014. Prosiding Kongres Pancasila VI: Penguatan, sinkronisasi, harmonisassi, integrasi pelembagaan dan pembudayaan Pancasila dalam rangka memperkokoh kedaulatan bangsa. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila UGM.
Tangerang, Pemerintah Kota. “Website Resmi Pemerintah Kota Tangerang.” Accessed September 21, 2018. https://www.tangerangkota.go.id/.
Turmudzi, Endang, and Riza Sihbudi, ed. 2005. Islam dan radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
Zarkasyi, Jaja, and Thobib Al- Asyhar. 2014. Radikalisme agama tantangan kebangsaan. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag RI.
“Mendagri: Ada Kepala Sekolah Larang Murid Hormat Bendera Dan Nyanyi Indonesia Raya - Kompas.Com.” Accessed September 16, 2018. https://nasional.kompas.com/read/2017/10/18/15004381/mendagri-ada-kepala-sekolah-larang-murid-hormat-bendera-dan-nyanyi-indonesia.