Mahar dalam Pernikahan Adat Bugis Ditinjau dari Perspektif Hukum Islam

Main Article Content

Muh. Tang

Abstract

Bugis society has a marriage tradition established by hereditary. Bugis customs about marriage is divided into five (five) stages, namely Mabbaja laleng, Mappesek-pesek, Mammanu-manu, Madduta, and Mappasiarekeng. Although the marriage stages of Bugis customs based on ancestral heritage, but this is not contrary to Islamic law. Mahar in a Bugis customary marriage is a very important thing to accomplish, this is in line with the Islamic law provisions that puts the dowry as an obligation for the husband to pay in accordance with the level or one's ability level.


 Masyarakat Bugis memiliki tradisi pernikahan yang ditetapan secara turun temurun. Adat Bugis tentang pernikahan terbagi kedalam lima (lima) tahap, yaitu Mabbaja laleng, Mappesek-pesek, Mammanu-manu, Madduta, dan Mappasiarekeng. Meski tahapan pernikahan adat Bugis ditetapkan berdasarkan warisan leluhur, namun hal ini tidak bertentangan dengan hukum Islam. Mahar dalam pernikahan adat bugis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk ditunaikan, hal ini sejalan dengan ketentuan hokum Islam yang menempatkan mahar sebagai suatu kewajiban bagi suami untuk membayarnya sesuai dengan kadar atau tingkat kemampuan seseorang

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Tang, Muh. “Mahar Dalam Pernikahan Adat Bugis Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam”. Jurnal Bimas Islam 10, no. 3 (September 30, 2017): 539–564. Accessed April 26, 2024. https://jurnalbimasislam.kemenag.go.id/jbi/article/view/34.
Section
Articles

References

Ahmad Harris Aldaniar,“Mahar dalam Masyarakat Bugis di Balle, Kec. Kahu Kab. Bone,” dalam http.//lib.uin-malang.ac.id (23 April 2017).
Burhanuddin, N,Fikih Nikah, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2006.
Departemen Agama RI,Al-qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang, 2002.
-----------,Modul Pelatihan motivator Keluarga Sakinah,Jakarta; t.tp, 2006.
-----------,Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), Jakarta: Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.,Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, edisi ke-empat.
Al-Hadi,“Mahar,” dalam http.//www.al-hadyi.blogspot.com (23 April 2017).
Hanya hukum blog,”Pernikahan adat Bugis dalam kehidupan Modern,” dalamhttp.//www. Hanyahukum.blog.spot (23 April 2017).
Instruksi Presiden RI nomor 1 tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Direktorat pembinaan badan peradilan agama direktorat jenderal pembinaan kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, tahun 2000.
Latoa,Mattulada, Suatu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis, Jakarta: Universitas Indonesia, 1975.
Muhammad Al Mansur”Rukun dan Syarat Sah Nikah,” dalam http.www.muhammad-almansur. blogspot.com (24 April 2017).
Al-Mushlihin Hafizh, “Macam-macam mahar menurut ulama fikih,”dalam http.//www. referensimakalah.com (23 April 20017).
Nita, Sovia, Irma, “Fiqih 4 mazhab Munakahat definisi menurut Imam Syafii, Hambali, Maliki dan Hanafi,” dalam http.www.iffpedia.blogspot.co.id (24 April 2017).
Nafis, Cholis, Fikih Keluarga Menuju Keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, keluarga sehat, sejahtera dan berkualitas, Jakarta; Mitra AbadiPress, Cet. III, 2010.
Nurjannah, Mahar pernikahan, Yogyakarta: Prima Shopi, 2013.
Nuruddin, Amiur dan Tarigan Akmal Azhari, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dan Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI, Jakarta: Kencana, 2006.
Nurul Hikmah, Implementasi mahar pada masyarakat suku bugis dalam perspektif Islam,“dalam http//www. repository.uinjkt.ac.id (24 April 2017).
Palippui dan Hatta, Muhammad,Mekanisme Appabottingen Ritana Ugi Sulawesi Selatan,Sengkang-Wajo: Yayasan kebudayaan latenribali, 2003.
Peraturan Pemerintah RI no. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974.
Salahuddin Al-Habibi,Tata cara perkawinan menurut hukum adat (suku bugis)” dalam http.//www.academia.edu. (23 April 2017).
Samsuni, “Mappabotting-upacara adat perkawinan orang bugis Sulawesi Selatan,”dalam http.www.melayu online.com . (27 April 2017).
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian hukum Normatif, Suatu tinjauan Singkat,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Suardi Ismail Wekke,“Islam dan adat dalam pernikahan masyarakat bugis di Papua barat,” dalamThaqafiyyat, Vol. 13, No. 2, Desember 2012.
Syarifuddin, Amir,Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqih Munakahat dan UU Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2009, Cet.3.
Tihami,M.A dan Sahrani, Sohari,Fikih Munakahat; Kajian Fikih Nikah Lengkap (t.tp, t.th).
Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 dalam Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, Jakarta: t-p., 2010.
Yunus, Mahmud,Kamus Arab-Indonesia,Jakarta:PT Hidakarya Agung, 1990.
Wikipedia. Mahar. http://www.id.wikipedia.org/wiki/mahar (23 April 2017).
Al-Zuhaili, Wahbah,Fiqih Islam wa Adillatuhu,Jakarta: Gema Insani, 2011, Cet.1.